Oleh : Handika
Sasmito aji/ 10406241016/ Pend. Sejarah
Diambil dari budaya
Banyumasan
Ketika
seorang wanita hamil untuk pertama kalinya, pada bulan ketujuh kehamilannya
diadakan ritual Mitoni. Mitoni berasal dari kata pitu artinya tujuh. Ritual
mitoni diadakan dengan maksud untuk
memohon berkah Gusti, Tuhan, untuk keselamatan calon orang tua dan anaknya.Bayi
lahir pada masanya dengan sehat ,selamat, demikian pula ibunya melahirkan
dengan lancar, sehat dan selamat. Selanjutnya diharapkan seluruh keluarga hidup
bahagia.
A.
Upacara
Siraman
1.
Upacara
Siraman
Biasanya
pelaksanaan siraman diadakan dikamar mandi atau ditempat khusus yang dibuat
untuk siraman, dihalaman belakang atau samping rumah. Di daerah saya (prigi,
purbalingga) siraman biasanya dilakukan dengan mandi di sungai. Dengan harapan
agar si calon ibu bisa mandi dengan ersih dengan menggunakan air yang mengalir.
Siraman dari kata siram artinya mandi. Pada saat mitoni adalah pemandian untuk
sesuci lahir batin bagi calon ibu/orang tua beserta bayi dalam kandungan.
Yang
baku, ditempat siraman ada bak/tempat air yang telah diisi air yang berasal
dari tujuh sumber air yang dicampur dengan bunga sritaman, yang terdiri dari
mawar,melati, kenanga dan kantil. Dipagi hari atau sore hari yang cerah, ada
terdengar alunan suara rebana dengan solawatnya yang bagi orang awam tidak tau
apa artinya. Solawat seperti halnya kidung dengan bahasa yang membingungkan.
Didepan
tempat siraman yang disusun apik, duduk calon kakek, calon nenek dan ibu-ibu
yang akan ikut memandikan. Ibu menggunakan pakaian daster biasa tanpa
menggunakan aksesoris-aksesoris. Dia langsung didudukkan diatas sebuah kursi
yang dialasi dan dihias dengan sebuah tikar tua,maksudnya orang wajib bekerja
sesuai kemampuannya dan dedauanan seperti : opok-opok,alang-alang,oro-oro,dadap
srep, awar-awar yang melambangkan keselamatan dan daun kluwih sebagai
perlambang kehidupan yang makmur.
Sesudah
selesai dimandikan dengan diguyur air suci, terakhir dikucuri air suci dari
sebuah kendi sampai airnya habis.Kendi yang kosong dibanting ketanah.Dilihat
bagaimana pecahnya. Kalau paruh atau corot kendi tidak pecah, hadirin
ramai-ramai berteriak : Lanang! Artinya bayi yang akan lahir laki-laki. Apabila
pecah, yang akan lahir wadon, perempuan
Perlu
diketahui bahwa suasana selama pelaksanaan siraman adalah sakral tetapi riang. Pada
masa kini, upacara siraman dipandu oleh seorang ibu yang profesional dalam
bidangnya, disertai seorang M.C. atau dukun (didaerahku disebut dukun bayi atau
sesepuh). sehingga upacara berjalan runut, lancar dan bagus.
2.
Lonthengi
Calon ibu memilih dua anak orang dari peserta
upacara untunk dilonthengi atau telinganya di olesin memakai losion yang
dicampuri dengan sesaji dan telah di beri kidung dan doa oleh sesepuh. Calon
ibu memilih dua orang sebagai gambaran anaknya kelak berwajah seperti mereka.
Biasanya dipilih yang paling ganteng dan cantik. Saya dulu juga pernah
dilonthengi oleh calon ibu. Mungkin karena saya itu ganteng dan cakep.
3.
Bladog
Upacara ini dilakukan setelah para pelaku upacara
mitoni melakukan doa yang dipimpin oleh sesepuh. Setelah doa kepada gusti allah
selesai, para peserta upacara mitoni berlari menuju sungai terdekat yang telah
disiapkan oleh calon bapak. Disini peran calon bapak adalah sebagai petunjuk
arah menuju sungai. Setelah terdengar suara kendi yang pecah mereka teriak
sesuai petunjuk yang diberikan sesepuh dan langsung berlari menuju sungai.
Disungai merekapun mandi, agar mereka juga suci dalam melakukan upacara
selanjutnya. Lalu setelah mereka mandi disungai, mereka mengamil batu kerikil
atau kreweng pecahan genteng. Yang dibawa menuju rumah calon ibu. Disana sudah
disiapkan tempat untuk melemparnya, yaitu sebuah dinding rumah yang teruat dari
gedeg atau anyaman bambu. Dengan harapan agar mereka ikut mengusir roh jahat
yang bisa mengganggu calon ibu yang sedang mengandung.
4.
Jualan
rujak dan dawet
Keseluruhan upacara
siraman, lonthengi, dan bladog diakhiri oleh kedua calon orang tua yang
berbahagia dengan berjualan rujak dan dawet. Alat pembayarannya adalah kreweng,
pecahan genteng yang tadi telah dilemparkan kedinding. Rujak menggambarkan
kehidupan yang antusias. Dawet yang dijual namanya dawet plencing. Dawet itu
minuman sehat, plencing artinya pergi tanpa pamit, Jadi dawet plencing
melambangkan kehidupan yang sehat dan selamat.
5.
Sesaji
Sesaji
sangat penting didalam setiap upacara
tradisonal. Sebenarnya maksud dan tujuan sesaji adalah seperti sebuah doa.
Kalau doa diucapkan dengan kata-kata, sedangkan sesaji diungkapkan melalui
sesaji yang berupa berbagai bunga, dedaunan dan hasil bumi yang lain.
Tujuan
sesaji adalah : Mengagungkan asma Gusti, Tuhan dan merupakan permohonan tulus
kepada Gusti supaya memberikan berkah dan perlindungan.
Mengingat
dan menghormati para pinisepuh, supaya mendapat tempat tentram dialam keabadian.
Supaya upacara berjalan lancar dan sukses, tidak diganggu oleh apapun, termasuk
orang-orang dan mahluk-mahluk halus jahat.
Sesaji
untuk mitoni terdiri dari :
·
Sehelai
tikar tua dan dedaunan untuk siraman.
·
Seekor
ayam jago yang sehat, hidup, melambangkan keluarga akan hidup baik ditengah
masyarakat.
·
Tujuh
macam nasi tumpeng, antara lain :
Tumpeng kluban (
dengan sayuran mengelilingi nasi) , artinya menumbuhkan kehidupan, Tumpeng
robyong, melambangkan keselamatan dan dicintai semua orang, Tumpeng urubung
damar, sinar lampu, sinar kehidupan yang berguna dan berwibawa, Tumpeng gundul
·
Tujuh
macam sambal, sambal artinya hidup menjadi semangat, aktif dan kreatif.
·
Sambal
disa
·
Sambal
rujak, supaya segar, cerah hidupnya.
·
Dlingo-blenge,
untuk menghindarkan pengaruh roh-roh jahat
·
Kue-kue
manis terbuat dari kacang. Artinya hidup ini manis.
·
Lauk
pauk dari sayuran, artinya anak-anak menjadi sehat.
·
Penganan
srabi dan klepon.
·
Telur
kura-kura ditaruh diatas tumpeng megana. Kura-kura itu kuat dan peka
instinknya.
·
Bubur
merah putih, berarti selalu ingat dan hormat kepada orang tua dan pinisepuh.
·
Berbagai
macam buah-buahan, untuk kesehatan dan kebugaran.
·
Berbagai
macam nasi seperti : nasi gurih, nasi punar, nasi kebuli dll.
·
Boneka
laki-laki dan boneka perempuan. Maksudnya yang lahir pria atau wanita sama
saja.
·
Gayung
yang dibuat dari kelapa. Kelapa utuh dipecah menjadi dua, dibawahnya diberi
lubang. Sisi atas dipasangi tangkai untuk pegangan.Maksudnya supaya bisa
berguna seperti pohon kelapa yang semua bagiannya bermanfaat baik buahnya,
daunnya, lidinya, batangnya dsb.
6.
Setu
Wage
Hari pelaksanaan siraman biasanya diadakan pada hari
Setu Wage, Sabtu Wage. Makna singkatan
dari Setu Wage adalah Tu artinya metu,
keluar dan Ge artinya gage, cepat-cepat.Jadi maksudnya, pada waktu
kelahiran bayi, si bayi supaya cepat keluar, sehat dan selamat.
B.
Asal
usul Mitoni atau Tingkeban
Ritual
mitoni atau tingkeban telah ada sejak zaman kuno.Menurut penuturan yang
diceritakan secara turun temurun, asal usulnya sebagai berikut :
Sepasang
suami istri, Ki Sedya dan Niken Satingkeb, pernah punya anak sembilan kali,
tetapi semuanya tidak ada yang berumur panjang. Mereka telah meminta bantuan
banyak orang pintar, dukun, tetapi belum juga berhasil. Karena sudah tak tahan
lagi mengahadapi derita berat dan panjang, kedua suami istri itu memberanikan
diri memohon pertolongan dari Jayabaya, sang ratu yang terkenal sakti dan
bijak. Raja Jayabaya yang bijak dan yang sangat dekat dengan rakyatnya, dengan
senang hati memberi bantuan kepada rakyatnya yang menderita.Beginilah sikap
ratu masa dahulu. Kedua suami istri, dinasihati supaya melakukan ritual,
caranya :
·
Sebagai
syarat pokok, mereka harus rajin manembah kepada Gusti, selalu berbuat yang
baik dan suka menolong dan welas asih kepada sesama. Berdoa dengan khusuk,
memohon kepada Tuhan.
· Mereka
harus menyucikan diri,manembah kepada Gusti, Tuhan dan mandi suci dengan air yang berasal dari
tujuh sumber. Kemudian berpasrah diri lahir batin. Sesudah itu memohon kepada
Gusti,Tuhan, apa yang menjadi kehendak
mereka, terutama untuk kesehatan dan kesejahteraan si bayi.Dalam ritual itu
sebaiknya diadakan sesaji untuk penguat doa dan penolak bala, supaya mendapat
berkah Gusti, Tuhan.
Rupanya,
Tuhan memperkenankan permohonan mereka. Ki Sedya dan Niken Satingkeb
mendapatkan momongan yang sehat dan berumur panjang.Untuk mengingat Niken
Satingkeb, upacara mitoni juga disebut Tingkeban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar